Cinta Rosululloh

Cinta Rosululloh
My Idol

Kamis, 06 Januari 2011

PERTUMBUHAN KERAJAAN ISLAM DI INDONESIA

A. PELAYARAN DAN PERDAGANGAN
1.  Berkembangnya Islam keluar jazirah Arab
          Setelah Nabi Muhammad wafat pada tahun 632, maka pengganti-penggantinya yang bergelar khalifah mengembangkan agama Islam keluar jazirah Arab. Khalifah Umar mengembangkan agama itu ke Damsik,Suria,Mesir,Libia dan Timur sampai Persia. Dilanjutkan oleh Khalifah Bani Umayah (+/-700) meluaslah agama itu ke Timur sampai Ke India (daerah sungai Indus).
          Kemudian datang seorang raja Turki dari Ghazna di Persia yang bernama Mahmud menyerbu ke India dan menduduki daerah sungai Indus. Dengan peristiwa itu agama Islam tertanam di bumi India (+/-1000). Hampir dua abad kemudian, pada akhir abad ke-12 agama Islam dikembangkan di daerah-daerah luas di India, seperti Rajputana,Gwalior,Bihar,Oudh dan Gujarat. Untuk perkembangan Islam di Indonesia Gujaratlah yang sangat penting.

2.  Agama Islam masuk ke Indonesia
          Ketika kerajaan sriwijaya sedang mengembangkan kekuasaannya sekitar abad ke-7 dan 8, Selat Malaka sudah mulai dilalui oleh pedagang-pedagang Islam. Munculnya pedagang-pedagang muslim ini, setelah jatuhnya kota Iskandariah di Mesir oleh pasukan Arab di bawah pimpinan Amir Ibn-al-As. Maka perdagangan dan pelayaran antara Barat (Laut Tengah) dan Timur (Asia)  sebenarnya adalah suatu kegiatan perdagangan antara Kerajaan Islam di bawah Bani Umayah dengan Kerajaan China di bawah Dinasti Tang, yang melalui Selat Malaka.
          Kemunduran Kerajaan sriwijaya telah dimanfaatkan oleh para pedagang-pedagang muslim. Pedagang-pedagang muslim itu mendukung daerah-daerah yang menyatakan diri sebagai daerah merdeka dari Sriwijaya dan menetapkan daerah-daerah tersebut di antaranya adalah samudera pasai yang terletak di pesisir Timur laut Aceh. Maka muncullah Kerajaan Islam pertama di Indonesia pada abad ke-13.
          Disamping itu kemunduran Kerajaan Majapahit akibat adanya kekacauan politik serta perang saudara di dalam kerjaan, pengamatannya serta kedaulatannya atas wilayah-wilayah jajahannya terbengkalai, diantaranya Malaka dan Samudera Pasai melepaskan diri sepenuhmya dari Majapahit dan menjadi Kerajaan Islam.
          Kelemahan-kelemahan yang dialami pusat Kerjaan Majapahit, telah mempercepat pertumbuhan Kerajaan Islam di pesisir Utara Jawa Tengah yaitu Kerjaan Demak. Masyarakat Islam sebelumnya telah menempati pesisir Jawa terutama di kota0kota pelabuhannya, yaitu Gresik,Demak,Cirebon dan Banten. Di Sulawesi, para pedagang muslim bermukim terutama di Gowa serta Banjarmasin di Kalimantan. Masuknya serta cara penyebarannya ke Indonesia baik kepada golongan bangsawan maupun kepada rakyat umumnya dilakukan secara damai dan dapat diterima dengan cepat. Proses Islamisasi di Indonesia dapat diterima dengan cepat disebabkan oleh beberapa hal, yaitu:
  • Syarat-syarat penerimaan masuk Islam sangat mudah. hanya dengan mengucapkan kalimat Syahadat, seorang telah dianggap masuk Islam.
  • Upacara-upacara dalam agama Islam sangat sederhana bila dibandingkan dengan upacara agama Hindu.
  • Dalam agama Islam dilakukaj dengan jalan damai, disesuaikan dengan keadaan sosial-budaya yang ada.
  • Jatuhnya Kerajaan Sriwijaya dan Majapahit sebagai kekuasaan Budha dan Hindu telah mempercepat penyebaran Islam.
  • Adanya lingguafranka di Indonesia yaitu bahasa Melayu, sehingga segera dipahami oleh masyarakat  Indonesia.
B. KERAJAAN ISLAM DI INDONESIA
           Pedagang-pedagang muslim yang datang ke Indonesia menempati daerah pesisir pantai baik di Sumatera,Jawa,Kalimantan,Sulawesi dan Maluku. Perkembangan selanjutnya daerah pesisir ini menjadi pusat kekuasaan Islam yang mengakibatkan adanya pertumbuhan kota-kota. Daerah pedalaman akhirnya tertinggal kemajuan dan hanya merupakan desa-desa atau kampung yang menjadi bagian dari kota. dan masyarakat yang hidup di perkotaan baru tersebut muncul 4 golongan masyarakat, yakni :
  • Golongan raja dan keluarga raja
  • Golongan Elite, terdiri dari golongan bangsawan,tentara,ulama dan pedagang
  • Golongan non-elite, lapisan masyarakat yang paling besar jumlahnya yang terdiri dari para pedagang kecil,petani,ahli(tukang),nelayan,prajurit dan seniman.
  • Golongan hamba-sahaya, menduduki lapisan paling bawah terdiri dari orang-orang yang mengerjakan pekerjaan berat-berat.
1.  Kerajaan Islam di Sumatera
          Adanya perdagangan dan pelayaran di antara kerajaan-kerajaan kecil telah menjadikan beberapa kerajaan berpengaruh karena kekayaannya, antara lain yang terkenal adalah Perlak dan Samudera Pasai. Raja-raja Perlak sudah sejak tahun 1292 dan Raja-raja Samudera Pasai tidak lama kemudian memeluk agama Islam. Berita tentang adanya agama Islam di kerajaan-kerajaan tersebut berasal dari Marco Polo, seorang pedagang dari Venesia (Italia), yang lama tinggal di Tiongkok dan akhir tahun 1292 pulang ke tanah airnya. Dalam perjalanannya pulang itu singgah di Samudera Pasai. seorang lain, yaitu musafir Arab bernama Ibn Batutah, mengunjungi samudera tahun 1345, sebagai utusan Raja Delhi (India) ke Tiongkok. Menurut Ibn Batutah, Raja Samudera menganut mazhab Safeii dan disitu masih terdapat pengaruh Hindu.

a.  Kerajaan Samudera Pasai
          Kerajaan Samudera Pasai terletak di muara sungai Pasai. Raja pertamanya bernama Sultan Malik Saleh (1285-1297). Pada masa pemerintahannya Kerajaan Samudera Pasai menikmati kemakmuran. Adanya perdagangan lada di sepanjang pantai Timur. Samudera dikuasai oleh Samudera Pasai untuk diekspor ke pelabuhan Kambayat di Gujarat. Dan Samudera Pasai merupakan pusat perdagangan di Selat Malaka pada saat itu.
          Sultan Malik Saleh digantikan oleh putranya yang bernama Sultan malik Thahir (1297-1326). Tetapi pada masa pemerintahannya Kerajaan Samudera Pasai mengalami kemunduran, sebab adiknya yang bernama Sultan Malik Mansur memisahkan diri sehingga kerajaan terpecah. Munculnya Kerajaan Malaka di pantai Barat semenanjung Malaka menyebabkan Kerajaan Samudera Pasai kehilangan peranannya dalam perdagangan dan agama.
          Kira-kira pada tahun 1350 Majapahit mengirimkan ekspedisinya ke Samudera Pasai untuk menghukum kerajaan itu. Akibatnya pelayaran dan perdagangan Samudera Pasai mundur sekali, muncul kerajaan baru di pantai Timur Sumatera yang terletak lebih ke Utara yaitu Kerajaan Aceh dan Malaka di seberang Sumatera.

b. Kerajaan Malaka
          Berdirinya Kerajaan Malaka ada hubungannya dengan Kerajaan Majapahit di Jawa Timur. Di Majapahit terjadi perselisihan, seorang pangeran Parameswara akhirnya menyingkir ke Pulau Tumasik (Singapura). Ia mendirikan kerajaan di pulau tersebut. Tidak lama kemudian ia memindahkan kerajaannya di Malaka. Awal abad ke-15 Malaka sudah ada dan berkembang di pelabuhan yang penting di semenanjung Malaka. Ada beberapa faktor yang menyebabkan Malaka cepat maju :
  • Letaknya di tepi Selat Malak merupakan jalan lalu-lintas yang selalu dilayari kapal-kapal dagang.
  • Dalam perkembangannya Malaka tidak dihalangi oleh Majapahit, yang pada waktu itu sedang mengalami kemunduran.
  • Adanya barang-barang dagangan yang baik yaitu timah dan lada.
  • Tidak ada saingan lagi dengan runtuhnya Kerajaan Samudera Pasai.
  • Banyaknya pedagang-pedagang Islam menetap di kota itu.
  • Di negeri Tiongkok diperintah oleh Dinasti Ming dengan pusat kerajaan di Nangking dan menganut politik bersahabat dengan negara-negara di wilayah Selatan (Nan Yang) yaitu Malaka.
          Pada tahun 1450-1458 Malaka diperintah oleh Sultan Mudhafar Shah,Ia mematahkan serangan dari Siam (Muangthai) dan juga menduduki daerah-daerah di Sumatera yaitu Kampar dan Indragiri. Maka berkembanglah Malak menjadi pelabuhan internasional setelah menguasai wilayah-wilayah di sekitarnya. Dan Kerajaan Malaka mencspai puncaknyadi bawah Sultan Mansyur Shah (1458-1477), Pada masa pemerintahannya di kenal Laksamana Hang Tuah, Hang Lengkir, Hang Jebat yang dalam kitab sejarah Melayu digambarkan sebagai pahlawan-pahlawan di lautan.
           Dalam masa pemerintahan Sultan Mahmud Shah (1488-1511) Kerajaan Malaka megalami kemunduran dan akhirnya runtuh karena direbut oleh bangsa Portugis. Dan pada tahun 1511 Sultan Mahmud Shah menyingkir ke arah Tenggara, yaitu wilayah Johor. Di daerah ini sebenarnya lebih strategis letaknya, tetapi sulit berkembang karena tidak ada tokoh pemerintahan yang cakap. Keruntuhan Malka ke tangan Portugis membawa akibat-akibat dalam sejarah di Asia Tenggara, diantaranya :
  • Bangsa Eropah berkuasa di Asia
  • Munculnya Kerajaan-kerajaan Islam yang baru di Indonesia, Kerajaan Aceh, BAnjar, Banten dan Makassar.
  •  Munculnya pel;abuhan-pelabuhan baru di sumatera yaitu Bengkulu, Painan, Priaman, singkil, Meulaboh, Kutaraja dan Aceh.

c.  Kerajaan Aceh
          Pada tahun 1520 Aceh dikenal menjadi kerajaan dengan rajanya yang pertama Sultan Ali Mughayat Shah (1514-1528) yang berhasil membebaskan diri dari kekuasaan Pidie. Aceh mengadakan hubungan luas dengan Banten, Demak, Banjarmasin, Brunai juga Ternate dan Gowa yang menguasai perdagangan di Indonesia Timur. Juga hubungan diadakan dengan negara-negara Arab, India dan Turki.
          Makin kuatnya Aceh ditambah dengan bantuan-bantuan yang diperolehnya dari luar negeri (Turki) memberi kesempatan kepada Aceh untuk menyerang Portugis pada tahun 1547 dan tahun 1568 akan tetapi serangan-serangan itu dapat dipukul mundur.
          Di bawah Sultan Iskandar Muda, Aceh mencapai kejayaannya. Daerah kekuasaannya terbentang dari ujung Utara (Kutaraja) sampai ke Pariaman, Indrapura dan Jambi. Dan kesusasraan pun berkembang pada masa itu, diantaranya pengarang-pengarang yang terkenal adalag Buchari Al jauhari dengan bukunya "Mahkota Raja-raja" (Tajussalatin) dan Tun Sri Lanag yang mengarang "Sejarah Melayu". Dunia kesusastraan ketika itu berjasa besar mengembangkan bahasa Melayu yang kemudian berkembang menjadi bahasa Indonesia.
          Sultan Iskandar Muda wafat pad tanggal 27 desember 1636, kekuasaan diserahkan kepada menantunya, anak Pahang yan ditawan di Aceh, yakni Sultan Iskandar Thani (1636-1641). Sesudah Sultan Iskandar Thani, kemudian memerintah permaisurinya, anak perempuan Iskandar Muda, yang memerintah (1641-1675). Aceh makin hari makin lemah dan hilang peranannya dalam menghadapi Belanda yang mudah menguasai Malaka dan merebut Hegemoni di Nusantara.

2.  Kerajaan Islam di Jawa
          Sewaktu Majapahit mengalami kemunduran sampai dengan runtuhnya, lahir di Indonesia kerajaan-kerajaan pesisir karena fsktor perdagangan. Untuk abad ke-16, ada tiga kerajaan yang tampil, yaitu Demak, Aceh dan Ternate.
          Penyebaran agama ISlam di Jawa terjad melalui beberapa proses. Pertama melalui jalan dagang yang dilakukan oleh para pedagang sendiri. Kedua dengan cara dakwah oleh sembilan orang wali yang disebut Wali Songo. Ketiga, penyebaran agama Islam dilakukan melalui pendidikan di pondok atau pesantren.

a.  Kerajaan Demak
          Demak semula merupakan daerah penguasaan Majapahit yang makin lama makin maju. Lama kelamaan angkatan laut dan angkatan darat yang kuat sehingga mampu menaklukkan Majapahit. Raja pertamanya adalah Raden Patah (1500-1521). Menurut cerita Raden Patah ialah putra Raja Majapahit yang terakhir, Brawijaya. Semenjak lahirnya ia dididik oleh kakaknya, Arya Damar, bupati Palembang.
          Setelah Raden Patah wafat, ia digantikan oleh putranya Pati Unus (1518-1521) juga terkenal dengan nama Pangeran Sebrang Lor (Pangeran yang menyeberang ke Utara = Malaka). Keinginan Pati Unus ke Malaka untuk dapat menggantikan kedudukan Malaka sebagai pusat perdagangan.
          Maka pada tahun 1512 Demak menyerang Malaka. Tetapi sebelumnya tahun 1511 Malaka telah jatuh ke tangan Portugis. Dengan bantuan Palembang dan Aceh, Pati Unus menyerang Portugis di Malaka tetapi serangan itu gagal. Pati Unus meninggal dalam tahun 1521. sampai meninggalnya Pati Unus memusuhi bangsa Portugis. Perbuatannya itu sangat merugikan Portugis, sebab Malaka mengimpor beras dan garam dari Demak
          Pati Unus digantikan oleh saudaranya, Pangeran Trenggono (1521-1546). Sebetulnya yang berhak duduk di tahta kerajaan adalah adik Pati Unus yang tertua yaitu Pangeran Sekar Seda Lepen, tetapi sebelumya ia telah dibunuh oleh anak Trenggono yang bernama Sunan Prawoto. Di bawah pemerintahan Trenggono kekuasaan Demak mencapai puncaknya. Ia menjadikan Demak sebagai pusat kekuatan di Jawa dan di Indonesia sepanjang abad ke-16 dan pusat kegiatan agama Islam. Daearah-daerah pantai Utara Jawa Tengah dan Jawa Timur diperangi dan dikuasai. Berdirinya Banjarmasin dan peng-Islaman di Kalimantan Selatan dilakukan atas bantuan Demak yang diperintah Trenggono.
          Daerah-daerah yang belum dikuasainya di Jawa ialah Pasuruan, Panarukan dan Blambangan yang masih memeluk agama Indu dan melanjutkan kebiasaan-kebiasaan Majapahit. Itulah sebabnya pada tahun 1546 ia sendiri bersama iparnya Fatahillah (Portugis menyebut Faletehan) mempimpin serangan ke Pasuruan, kota dagang penting di Jawa Timur, setelah Fatahillah berhasil menanamkan kekuasaan Demak di Jawa Barat. Tetapi malang bagi Trenggono, ia gugur waktu menyerang Pasuruan pada tahun 1546.
          Setelah Sultan Trenggono wafat, terjadi kekacauan di Demak antara keluarga Pangeran Sekar Seda Lepen dengan keluarga Trenggono saling berebutan tahta. Disamping itu Demak terpecah wilayahnya karena bupati-bupati banyak yang memerdekakan diri. Sementara terjadi kekacauan baik di dalam istana dan di wilayah kerajaan itu muncullah Adiwijaya yang lebih dikenal dengan nama Jaka Tingkir (juga Mas Karebet) sebagai pemenang. jaka Tingkir adalah seorang menantu Sultan Trenggono yang berasal dari Pajang. Ia akhirnya dinobatkan sebagai Raja bergelar Sultan Adiwijaya (1552-1575). Pusat kerajaanya dipindahkan ke daerah pedalaman yaitu di Pajang. Sedangkan di Demak ditetapkan Ario Panggiri, putra Prawoto sebagai bupati. Maka antara keluarga Pangeran Sekar Seda Lepen (yaitu Ario Penangsang) menjadi bupati Jipang (Blora) dengan keluarga Trenggono (yaitu Prawoto) kini berhasil diselesaikan.

b. Berdirinya Jakarta
          Fatahillah yang ditugaskan memimpin Angkatan Perang demak ke Jawa Barat adalah seorang guru besar agama yang telah belajar di Mekkah setelah terpaksa meninggalkan Pasai yang sudah direbut Portugis di Malaka. Setelah kembali dari Mekkah, ia pergi lagi ke daerah asalnya yakni Pasai, namun tidak lama kemudian ia pergi ke Demak. Kedatangan ke Demak itu bertalian dengan usaha kerja sama Aceh-Demak untuk mengusir Portugis.
          Baik Trenggono maupun fatahillah menyadari adanya bahaya bagi Demak kalau terjadi kerja sama antara Portugis dengan Padjajaran. Padjajaran yang sudah lama berdiri di Jawa Barat, banyak dipengaruhi oleh unsur-unsur agama Hindu dan di perintah oleh Prabu Sedah. Raja Padjajaran Sri Baduga Maharaja yang mendirikan ibu kota di Pakuan, Bogor telah tewas dalam peristiwa Bubat tahun 1357.
          Kerajaan Padjajaran memiliki tiga pelabuhan yang ramai untuk perdagangan dan pelayaran yaitu Banten, sunda Kelapa dan Cirebon. Pada tanggal 21 Agustus 1525, utusan Portugis yang berada di Malaka mengadakan perjanjian dengan Padjajaran agar diperbolehkan mendirikan benteng di Sunda Kelapa.
          Bagi Demak yang hendak meluaskan kekuasaanya, kota-kota pelabuhan di atas sangat penting, apalagi kota-kota itu bisa digunakan oleh musuh-musuh Demak seperti Portugis. Fatahillah yang juga seorang panglima terkenal memmimpin pasukan Demak dan dapat menaklukkan Banten tahun 1526 kemudian sunda Kelapa.
          Sementara itu tentara Portugis di bawah pipmpinan Fransisco de Sa tiba di Sunda Kelapa sekitar bulan Nopember atau Desember tahun 1526 dengan tujuan menduduki Sunda Kelapa telah dikuasai Fatahillah. Terjadi pertempuran yang tidak diperhitungkan sebelumnya oleh Portugis sehingga fatahillah dengan mudah merenggut kemenangan. sunda Kelapa yang dikuasainya itu diubah namanya dengan Jayakarta artinya "Kemenangan Sempurna" pada tanggal 22 Juni 1527, yang kemudian tanggal ini ditetapkan sebagai tanggal resmi lahirnya Jakarta.

c. Kerajaan Banten
          Jatuhnya Malaka ke tangan Portugis (1511) banyak pedagang Islam yang meninggalkan Malaka, mereka pindah ke bandar-bandar di Indonesia terutama banten. Maka Banten menjadi bandar terbesar di Indonesia. Yang diperdagangkan terutama lada. Pedagang-pedagang dari bandar-bandar lain di Indonesia datang ke Bantenrem, kayu cendana untuk ditukarkan dengan kain putih, benang emas, sutra dan lain-lain.
          Karena banyak pedagang Islam menetap di Banten, maka lambat laun Banten menjadi pusat agama Islam di Jawa Barat. Dengan gelisah Raja Padjajaran melihat hal itu. Ia takut kalau-kalau agama Hindu akan terdesak dan daerah pantai di-Islamkan, sehingga Padjajaran akan senasib dengan pedagang-pedagang Islam. Maksudnya ialah agar Padjajaran mendapat bantuan dar mereka, jika Padjajaran sewaktu-waktu berhadapan dengan kaum Islam.
          Pada tahun 1525, diadakan perjanjian antara Padjajaran dengan Portugis dengan syarat :
  • Bangsa Potugis diperbolehkan mendirikan benteng di sunda Kelapa.
  • Bangsa Portugis mendapat monopoli perdaganan lada.
  • Bangsa Portugis akan mendapat hadiah lada setiap tahun.
          Tapi Trenggono di Jawa Barat itu tidak luput dari perhatian sultan Trenggono. Maka setelah Fatahillah merebut Sunda Kelapa tahun 1526, Fatahillah dikirim ke Banten dengan tujuan :
  • Menduduki bandar besar tersebut.
  • Melindungi umat Islam di situ.
  • Menyelamatkan perdagangan lada dari monopoli Portugis.
          Usaha Fatahillah itu berhasil dengan baik pada tahun 1526, Banten diduduki, tak lama kemudian jatuh pula Cirebon ke tangan Fatahillah. Setelah peperangan berakhir Fatahillah diangkat menjadi Raja Banten di bawah perlindungan Demak sampai tahun 1552. Tetapi pada tahun 1552 ini juga Fatahillah turun dari tahta, ia seterusnya bertempat tinggal di Cirebon untuk memperdalam ajaran agama Islam dan untuk menyebarluaskan agama itu. sebagai raja Banten ia digantikan oleh putranya bernama Hasanuddin, fatahillah wafat pada tahun 1570 dan dimakamkan di Gunung Jati yang kemudian dikenal dengan sebutan Sunan Gunung Jati.
          Pada zaman Fatahillah Banten mempertuan Demak, tetapi di bawah Hasanuddin  Banten melepaskan diri dari Demak pada waktu Adiwijaya memindahkan pusat kerajaannya ke Panjang (1568). Dengan demikian Hasanuddin (1552-1570) dianggap sebagai Sultan Banten yang pertama.
          Masa pemerintahan sultan Hasanuddin Banten dengan cepat maju dan abnyak memperoleh kunjungan pedagang-pedagang asing akibatnya terbentuk perkampungan menurut asal bangsa-bangsa tersebut. Orang Keling (India) mendirikan Kampung Keling, orang Arab dan pedagang-pedagang Islam mendirikan kampung Koja (Pekojan), orang China mendirikan kampung Pecinan. Sementara pedagang-pedagang Indonesia membangun kampung Banda, kampung Melayu, kampung Jawa, kampung Pande (pandai besi), kampung Panjunan (membuat barang-barang pecah-belah) dan kampung Kauman (para ulama). Keistimewaan pelabuhan Banten adalah sifatnya bebas belum ada sistem monopoli.
          Pengganti Sultan Hasanuddin adalah Panembahan Yusuf (1570-1580). Pada tahun 1579 Panembahan Yusuf berhasil menaklukkan Padjajaran. Raja Padjajaran Prabu Sedah gugur dalam peperangan. Dengan dikalahkannya  Kerajaan Hindu tersebut maka agama Islam dikembangkan ke daerah pedalaman. Pendukung setia kerajaan Padjajaran menyingkir ke pedalaman, yaitu daerah Banten Selatan. Mereka itu terkenal sebagai suku Badui. Kepercayaan suku Badui disebut Pasundan Kawitan, artinya Pasundan yang pertama. Mereka itu mempertahankan tradisi-tradisi lamanya dan menolak pengaruh luar yang baru.
         Disamping itu Panembahan Yusuf sangat memperhatikan segi pertanian rakyat, sehingga pada masanya sangat makmur pertanian sawah di daerah-daerah pedalaman. Pangeran Panembahan Yusuf wafat tahun 1580.
          Maulana Muhammad, putra Pangeran Panembahan Yusuf yang masih di bawah umur kemudian diangkat sebagai Raja Banten dengan gelar Kanjeng Ratu Banten (1580-1596). Dalam memerintah diwakilkan kepada Perdana Menterinya (Mangkubumi). Setelah dewasa, Kanjeng Ratu Banten menyerang Palembang untuk merebut penghasil lada terbesar saat itu (Palembang) tetapi serangan itu tidak berhasil, malahan raja sendiri gugur dalam serangan tersebut.
          Penggantinya adalah Abulmufakir (1596-1640), yang juga masih kanak-kanak. Dan pada awal pemerintahannya bangsa Belanda tiba untuk pertama kalinya di Banten di bawah pimpinan Cornelia de Houtman (1596). Abulmufakir dalam memerintah diwakilkan kepada Pangeran Ranamanggala. Untuk memajukan Banten Pangeran Ranamanggala mengangkat Pangeran Wijayakrama menjadi penguasa di Jayakarta. Antara Pangeran Ranamanggala dan Pangeran Wijayakrama tidak terdapat kerja sama dalam menghadapi bangsa Belanda (VOC).
         Pangeran Ranamanggala tidak mengizinkan VOC membuka kantornya di Banten, tepatpi Pangeran Wijayakrama memperbolehkan VOC membuka kantornya di Jayakarta. Akibatnya Gubernur Jenderal Jan Pieterzoon Coen berhasil merebut Jayakarta pada tahun 1619 dan menggantikan nama kota itu dengan nama Batavia. Sepeninggal Pangeran Ranamanggala keadaan Banten mulai menurun.
          Abdulmufakir kemudian digantikan Tirtayasa terdapat persaingan dagang antara Banten dengan Belanda. Dalam menghadapi VOC di Jayakarta ternyata terdapat perbedaan sikap antara Sultan Ageng Tirtayasa dengan putra mahkota Abdulnasar Abdulkahar. Abdulnasar yang berkedudukan di istana lama (Surosowan) tidak memusuhi Belanda.  Akibatnya terjadi ketegangan antara Sultan Ageng Tirtayasa dengan putra mahkotanya.
          Sultan Agung Tirtayasa mendapat dukungan kaum ulama dan orang-orang Makassar di bawah pimpinan Syeikh Yusuf, yang melarikan diri dari Makasar sebab telah dikuasai Belanda (perjanjian Bongaya 1667). Pada waktu terjadi kebakaran hebat di Banten, Sultan Ageng Tirtayasa mengepung istana putranya di Surosowan. Putra mahkota didukung oleh pasukan Belanda yang terdiri dari orang Ambon di bawah Kapten Jonker akhirnya berhasil mendesak Sultan Ageng Tirtayasa. Sultan Ageng Tirtayasa menyerah dan ditawan Belanda di Batavia pada tahun 1682.
          Abdulnasar Abdulkahar naik tahta dengan nama Sultan Haji (1682-1687). Pada tahun 1684, dua tahun setelah naik tahta, Belanda menuntut Sultan Haji menandatangani perjanjian Banten sebagai jasa baik Belanda terhadapnya. Dalam "Perjanjian Banten" ditetapkan :
  • Belanda mengakui Sultan Haji sebagai Sultan Banten.
  • Banten harus melepaskan tuntutannya atas Cirebon.
  • Banten tidak boleh berdagang ladi di daerah Maluku.
  • Hanya Belanda yang boleh mengekspor lada dan memasukkan kain di wilayah kekuasaan Banten.
  • Cisadane merupakan batas antara Banten denagn Belanda.
          Dengan "Perjanjian Banten", Banten telah  kehilangan peranan sebagai pelabuhan bebas. Hanya Belanda yang boleh berdagang di situ, bangsa asing lain harus meninggalkan Banten. Akibatnya kemakmuran penduduk merosot, rakyat hidup sengsara, sering mengadakan pemberontakan, diantaranya yang terkenal di bawah pimpinan Kiai Tapa (1750-1753). Disamping itu terjadi perang saudara soal perebutan kekuasaan. Kerajaan Banten akhirnya hanya bertahan sampai tahun 1813.

d. Kerajaan Cirebon
           Pada tahun 1552 Fatahillah pergi ke Cirebon. Pemerintahan di Banten dan Jayakarta diserahkan kepada putranya Sultan Hasanuddin. Cirebon sebagai pusat penyebaran agama Islam maju dengan pesatnya dan menjadi kesultanan besar. Hubungan dengan Banten makin lama makin renggang dan akhirnya Cirebon menjadi kesulatanan yang berdiri sendiri.
          Sebelum Fatahillah ke Cirebon, Cirebon dikuasakan kepada putranya yang bernama Pangeran Pasarean. Tetapi Pangeran Pasarean wafat pada tahun 1552 maka Fatahillah mengambil alih pemerintahan Cirebon. Tak lama kemudian pada tahun 1570 Fatahillah wafat dan dimakamkan di Hutan Jati, yang kemudian dikenal dengan nama Sunan Gunung Jati.

e.  Kerajaan Mataram
           Disamping Pajang, terdapat juga  kerajaan pedalaman lain yang letaknya di Selatan Yogyakarta sekarang yaitu Mataram. Daerah itu telah dikuasakan kepada Kiai Ageng Pamanahan oleh Adiwijaya sebagai imbalan terhadap jasa-jasanya kepada Adiwijaya dalam menghadapi Ario Penangsang dar keluarga Sekar Seda Lepen (lihat kerajaan Demak bagian akhir).
           Kiai Gede Pamanahan (Kiai Gede Mataram) wafat tahun 1575 dan diganti oleh putranya Sutawijaya (1575-1601). Ia membuat benteng pertahanan yang kuat, membangun angkatan perangnya dan bersekutu dengan bupati Begelen dan Kedu denagn tekad membebaskan diri dari kekuasaan Pajang yang sudah berada di tangan Arya Panggiri. Arya Panggiri berhasil duduk di Pajang setelah mengusir Pangeran Benowo, putra Adiwijaya. Arya Panggiri putra Sultan Trenggono Raja terakhir Demak.
          Sutawijaya memberika kembali kedudukan Pajang kepada Pangeran Benowo sebagai sahabat karibnya sejak kecil. Tetapi Pangeran Benowo tidak sanggup memerintah Pajang, menyerahkan kekuasan atas Pajang kepada Sutawijaya sehingga berdirilah secara resmi Kerajaan Mataram tahun 1586 dengan raja pertamanya Sutawijaya dengan gelar Panembahab Senopati (1586-1601). Dengan demikian Kerajaan Demak yang besar itu hilang dan penggantinya adalah Mataram di Jawa Tengah.

Panembahan Senopati (1586-1601)
          Masa pemerintahan Senopati adalah masa perjuangan, ia selalu  berada di medan peperangan untuk menundukkan bupati Demak,Kediri,Madiun,Kedu,Bagelen,Surabaya,Pasuruan dan Pajang yang tidak mau mengakui kedaulatan Mataram. Dalam upaya menaklukkan daerah-daerah tersebut ia dibantu oleh penasehat yang dianggap sebagai panglima besar Senopati yaitu Juru Mertani paman Senopati sendiri. Akhirnya Mataram dapat mengalahkan seluruh daerah-daerah tersebut.
          Mataram, kerajaan yang letaknya di daerah pedalam Jawa Tengah itu benar-benar merupakan negara agraris. Panembahan Senopati akhirnya wafat tahun 1601 dan dimakamkan di kota Gede.

Mas Jolang (1601-1613)
         Pengganti Senopati, Mas Jolang pada masanya penuh dengan peperangan melawan bupati-bupati pesisir yang dengan gigih memperjuangkan kemerdekaannya setelah wafatnya Senopati. Waktu Mas Jolang pulang dari medan peperangan di Jawah Timur ia meninggal di desa Krapyak, oleh sebab itu ia terkenal dengan nama Panembahan Seda Krapyak.

Sultan Agung (1613-1645)
          Pengganti Mas Jolang adalah Sultan Agung. Beliau merupakan raja terbesar di Mataram. Masa pemerintahan Sultan Agung di bagi atas dua periode yaitu :
  • Masa panyatuan negara 1613-1629
          Bupati Surabaya yang bernama Pekik memimpin persekutuan besar dari daerah-daerah di Jawa Timur untuk melepaskan diri dari Mataram dengan menyerang Mataram. Penyerangan tersebut dapat dikalahkan oleh Sultan Agung. Kemudian ganti Sultan Agung menyerang Surabaya pada tahun 1622. Serangan gagal. Dengan siasat baru Sultan Agung membendung Kali Mas yang menjadi irigasi sawah. Akibatnya Surabaya kekurangan air. Akhirnya bupati Pekik menyerah yang kemudian dinikahkan oleh Sultan Agung dengan putrinya yang bernama Ratu Wandan Sari. Setelah Jawa Timur, Sultan Agung berusaha mengusir VOC tetapi gagal.
  • Masa pembangunan Negara 1630-1645 
          Sultan Agung berusaha meningkatkan kesejahteraan rakyatnya dengan hal-hal seperti berikut :
  1. Memperluas wilayah persawahan (Matram merupakan negara agraris) sampai ke Krawang Jawa Barat.
  2. Menyusun masyarakat Feodal (Feod=tanah) dimana pejabat-pejabat diberi tanah garapan.
  3. Adanya"Kebudayaan kejawen" yang merupakan campuran antara kebudayaan asli Hindu,Budha dan Islam. Hingga kini masih berlangsung dengan adanya upacara Gerebeg dan sekatenan.
  4. Memajukan kesusasteraan Jawa. Sultan Agung sendiri seorang pengarang kitab Sastro Gending (kitab filsafat), kitab Nitisruti, Nitisastra, Astabrata yang berisi ajaran tabiat baik bersumber pada kitab Ramayana.
          Sultan Agung wafat pada tahun 1645 dan dimakamkan di Imogiri. Setelah Sultan Agung wafat, kerajaan Mataram mengalami kemunduran yang disebabkan karena pemberontakan dan perebutan mahkota.
Amangkurat I (1645-1677)
          Sultan Agung digantikan oleh putranya yang bergelar Amangkurat I. Pada pemerintahannya timbul perselisihan antara raja dengan kaum alim ulama yang mungkin ingin mempunyai pengaruh dalam bidang pemerintahan. Perlawanan mereka dapat dipatahkan. Konon kabarnya banyak kaum ulama yang dibunuh. Amangkurat I dikenal sangat kejam dan tidak adil.
         Pangeran Adipati Anom, putra mahkota  Mataram sendiri tidak dapat hidup damai dengan ayahnya. Sehubungan dengan itu ia mengadakan hubungan rahasia dengan seorang bangsawan pemimpin Islam yang besar pengaruhnya yaitu Pangeran Kajoran. Mereka mencapai kata sepakat bahwa Trunojoyo, menantu Pangeran Kajoran akan mengadakan pemberontakan dan akan mengangkat putra mahkota menjadi raja Mataram.
          Juga tindakan Amangkurat I untuk mengadakan persetujuan dengan Belanda pada tahun 1646 sangat dicela oleh kaum bangsawan. Pemberontakan tidak dapat dihindari lagi maka pada tahun 1674-1679 pimpinan Trunajoyo dari Madura yang mendapat dukungan daerah-daerah pesisir, tahun 1672 ibu kota Mataram dapat diduduki. Trunojoyo mendapat bantuan dari Karaeng Bontomaranny dan saudaranya Karaeng Galensong dari Gowa.
          Amangkurat I mendapat bantuan penuh dari pasukan Batavia pimpinan Speelman dan pasukan Maluku pimpinan Yonker serta pasukan Bone pimpinan Aru Palaka. Amangkurat I akhirnya wafat tahun 1677 di Tegalarum dekat Tegal sewaktu lari dari pengejaran pasukan Trunojoyo.
Amangkurat II (1677-1702)
          Amangkurat II hanya tiga tahun sesudah naik tahta, ia harus menghadapi perlawanan yang dipimpin oleh Untung Surapati. Sebab Surapati mengangkat dirinya sebagai Adipati Wironagoro dan berwilayah di daerah Malang dengan Bangil sebagai pusatnya. Perlawanan Surapati berlangsung tahun 1681-1706. Akhirnya Surapati gugur di Bangil oleh Belanda. Sebab Untung Surapati pun menyerang Belanda Amangkurat III terpaksa memindahkan ibu kotanya dari Karto yang rusak ke Kartosuro pada tahun 1680.
Amangkurat III (1703-1708)
          Amangkurat III bekerja sama dengan Untung Surapati untuk mengusir Belanda. Karena itu Belanda mengakui Pangeran Puger (adik Amangkurat II) sebagai Raja MAtaram degan gelar Paku Buwono I (1703-1719). Setelah Untung Surapati gugur, Amangkurat III menyerah dan ia diasingkan ke Pulau Sailan. Paku Buwono yang telah ditolong Belanda terpaksa memberikan daerah Priangan sebagai upahnya. Dengan demikian kedudukan Belanda semakin kokoh.
Amangkurat IV (1719-1727)
          Amangkurat IV adalah putra Paku Buwono I yang disebut sunan Prabu. Tetapi saudaranya yang bernama Pangeran Diponegoro dan bangsawan lain bernama Mangkubumi tidak puas dengan penggantian itu, lau melawan. Berkat bantuan Belanda perlawanan tersebut dapat diatasi.
Paku Buwono II (1727-1749)
          Pada masa pemerintahannya Kerajaan Mataram dilanda kerusuhan-kerusuhan. Pemberontakan bangsa China terhadap Belanda (1740-1743) yang terdesak di Batavia mereka menyingkir ke Jawa Tengah. Paku Buwono II sendiri memihak bangsa China. Tetapi berubah sikap dan memihak kembali kepada Belanda. Akhirnya pemberontakan dapat dipadamkan oleh Belanda dan sebagai balasannya Belanda menuntut seluruh pantai Utara Jawa sebagai miliknya.
          Disamping itu Raden Mas Said, putra PAngeran Diponegoro tidak menyetujui kebijaksanaan Paku Buwono II. Ia menyingkir ke daerah Sukowati di sebelah Timur Surakarta dan melawan. Oleh Paku Buwono II dikeluarkan sayembara, siapa yang dapat  merebut Sukowati, tetapi ternyata daerah itu tidak diberikan. Pangeran Mangkubumi meninggalkan kota dan bergabung denga Raden Mas Said,
          Akhirnya pemerintahan Paku Buwono II sangat tidak mengenakkan rakyat. Dalam keadaan sakit keras Paku Buwono II dikunjungi oleh wakil VOC yang datang ke Surakarta. Dalam keadaan tidak sadar dan tidak mamopu, Paku Buwono II menyerahkan Mataram kepada VOC. Setelah Paku Buwono II wafat, putra mahkota dapat naik tahta dengan persetujuan VOC dengan gelar Paku Buwono III.
Paku Buwono III (1749-1788)
          Warisan kerajaan yang diterima dari ayahnya sangat tidak menyenangkan dalam perjalanan sejarah Mataram. Banyak akaum bangsawan yang menggabubgkab diri dengan Raden Mas Said dan Mangkubumi untuk melawan Mataram. Dalam menghadapi semua perlawanan Paku Buwono III didampingi oleh Belanda. Akhirnya semua dapat diselesaikan. Antara mangkubumi-Paku Buwono III dan Belanda diadakan perundingan Gianti (1755) yang menetapkan :
  • Mataram dibagi dua, sebelah Timur dangan ibu kota Surakarta ada dalam kuasa Paku Buwono III sedangkan sebelah Barat dengan ibu kota Yogyakarta diserahkan kepada Pangeran Mangkubumi yang bergelar Sultan Hamengku Buwono I. 
Sementara itu Raden Mas Said-Paku Buwono III dan Belanda, diadakan perundingan Salatiga (1755) yang menetapkan :

  • Mas Said memperoleh sebagian dari daerah Surakarta dengan gelar Pangeran Adipati Aryo Mangkunegoro I.
          Kerajaan Mataram yang semula hampir mencakup pelau Jawa, kini manjadi sempit karena daerah lainnya dikuasai oleh Belanda. Daerah bumi Mataram sampai hari terpecah menjadi  Surakarta dan Yogyakarta (1755). Kemudian sebagian Surakarta diberikan kepada Mangkunegaraan selaku Adipati (1813). Adapun gelar-gelar yang dipakai adalah Paku Buwono (Surakarta), Hamengku Buwono (Yogyakarta), mangkubumi (Mangkunegaran Surakarta) dan Paku Alam (Pakualaman Yogyakarta).

3.  Kerajaan Islam di Kalimantan
  • Kerajaan Banjar
          Kerajaan Banjar letaknya tidak ajuh dari muara sungai Barito di Selatan pulau Kalimantan. Sebelumnya kerajaan ini bernama Nagardhipa yang dibangun oleh Aria Mangkubumi. Karena ia bukan keturunan raja, melainkan hanya seorang saudagar kaya, ia menolak menjadi raja. Demikian pula keturunannya yang bernama Ampu Mendantam dan Lambung Mangkurat tetap tidak menjadi raja, hanya sebagai Mangkubumi.
          Kira-kira tahun 1350 Nagaradhipa termasuk salah satu daerah kekuasaan Majapahit. Seorang putra Raja Majapahit bernama Raden Putra diangkat menjadi raja di daerah itu. Dalam tahun +/- 1550 Negaradhipa berubah namanya menjadi Banjar, setelah raja negeri ini menjadi Islam. Raja Banjar pertama yang beragama Islam bergelar Suryanullah. Selain itu di Kalimantan masih terdapat Kerajaan Daha dan Kuripan.

4. Kerajaan Islam di Sulawesi
  • Kerajaan Gowa-Tallo
          Abad ke-16 berdiri beberapa kerajaan di Sulawesi Selatan yang berkembang menjadi dua persekutuan. Kerajaan Gowa-Tallo menjadi Luwu dan Sopeng bersatu dalam suatu ikatan "Tellum Pottjoe". Antara Tellum Pottjoe sering terjadi perang. Raja Gowa berdiam di istana Sombaopu. Pedagang-pedagang asing menyebutnya Makassar.
           Letak Kerajaan Gowa-Tallo sangat menguntungkan dan pelabuhan lintas transito antara pelayaran Malaka ke Maluku. Dengan sendirinya Makassaer menjadi negara maritim dimana perdagangan dan pelayaran adalah mata pencahariannya. Dengan perahu "Pinisi"-nya yang ramping dan cepat, orang-orang Makassar dan Bugis mengarungi lautan.
           Raja Tumaparisi-Kallona adalah raja Gowa yang berkuasa pada tahun 1500. Raja Tumaparisi adalah raja yang meluaskan kerajaan antara tahun 1562-1565 dengan menaklukkan Selayar,Bulukumba,Maros,Mandar,Sulawesi Utara dan Luwu. Hanya Bone yang tidak dapat ditaklukkan. Raja Tumaparisi digantikan oleh Sultan Alaudin (1591-1638). Pada zaman Sultan Alaudinlah agama Islam masuk Gowa-Tallo. Penyiarannya oleh Datok Ribandang, seorang ulama dari Sumatera. dan menyusul Bone di-Islamkan pada tahun 1606. Pelayaran Pinisi sampai juga di Utara Australia dan banyak orang-orang Bugis membuat pemukiman sementara disana.
          Sedangkan raja yang memerintah di Tallo adalah Karaeng Matoaya yang bergelar Sultan Abdullah (nama Sultan Alaudin sendiri adalah Daeng Manrabia), Sultan Abdullah di samping sebagai Raja Tallo merangkap Mangkubumi di Gowa.
          Pengganti Sultan Alaudin adalah putranya Sultan Mauhammad Said (1639-1653) yang kemudian diteruskan oleh putranya Sultan Hasanuddin (1653-1669) yang membawa Makassar dalam zaman kejayaannya dan Sultan Hasanuddinlah yang dapat menaklukkan Bone pada tahun 1640 dan dengan gagah berani menantang VOC dalam monopolinya.

5. Kerajaan Islam di Maluku
  •           Kerajaan Ternate-Tidore
          Kerajaan  tertua di Maluku sebenarnya Jailolo, tetapi karena kekurangan penduduk, maka tidak dapat berkembang. Di samping Kerajaan Jailolo ada kerajaan Tidore,Bacan, Obi dan Ternate. Diantara kerajaan-kerajaan itu yang paling berkembang adalah Ternate karena hasil rempah-rempahnya menarik banyak para pedagang. Kemajuan Ternate rupanya tidak menyenangkan kerajaan-kerajaan lainnya. Jailolo,Bacan,Tidore dan Obi bersatu dan berperang melawan Ternate. Tetapi perang itu tidak lama. Keempat kerajaan itu berdamai dengan Ternate, dengan dua persekutuan daerah-daerah yang dipimpin oleh Ternate dan Tidore. Persekutuan yang dipimpin Ternate terdiri dari 5 daerah yakni Ternate,Obi,Bacan,Seram dan Ambon (disebut Uli Lima) dan Tidore memimpin daerah Makian,Jailolo dan Soa-Siu (disebut Uli Siwa).
          Abad ke -15 agama Islam mulai dikenal penduduk dengan adanya pedagang dari Tuban dan Gresik yang telah lama memeluk agama Islam. Kurang lebih tahun 1485 raja Ternate Zainal ABidin masuk Islam dan belajar di Pesantren Gresik. dengan demmikian Ternate menjadi Kerajaan Islam.
          Kerajaan Ternate terkenal dengan perahu "Kora-kora"-nya untuk perang. Pada tahun 1512 Portugis tiba di Ternate dari Malaka dipimpin oleh D'Abreu yang diterima baik oleh Ternate. Dan Portugis diizinkan mendirikan benteng di Ternate dengan alasan untuk melindungi Ternate. Pada tahun 1545 seorang Pastor Katolik Portugis bernama Franciscus Xaverius datang ke Ternate untuk mengkatolikkan penduduk. Bangsa Portugis di samping berdagang adalah menyebarkan agama Katolik. Antara tahun 1512-1570 orang-orang Portugis hidup aman dan menikmati hasil rempah-rempah di Ternate.
          Sultan Tabariji (1522-1535) sebenarnya tidak menghalangi kehadiran Portugis walaupun adanya perbedaan agama. Tetapi kemudian terjadi sengketa dengan Portugis disebabkan campur tangan  Portugis dalam soal kekuasaan kerajaan dan urusan perdagangan. Pengganti sultan Tabariji adalah Sultan Hairun (1535-1570) yang dibunuh oleh sepupu Gubernur Lopez De Masquita  di benteng Portugis. Baab Ullah (1570-1583) menggantikan ayahnya Hairun. Dan Baab Ullah digantikan oleh Sultan Said (1583-1606). Sedangkan Kerajaan Tidore mulai terkenal dengan memerintahnya Sultan Nuku yang bangkit melawan Belanda.
           Pada tahun 1575 riwayat Portugis di Ternate berakhir karena di usir  Baab Ullah dan datang bangsa Belanda ke Maluku. Pengaruh Portugis di Indonesia masih terdapat dalam bahasa Indonesia seperti ; sinyo, serdadu, gereja, air minggu (hari minggu), sekola, pena, tinta, kertas, kemeja, peniti, renda, topi, sepatu, mentega, terigu, tembako, serutu, jendela, lemari, meja, pigura, botol, garpu, bendera, sabun.
~~~~***~~~~
































Tidak ada komentar:

Posting Komentar